Pages

Rabu, 18 Mei 2011

KISAH DI SENJA BULAN MEI 2011


Budidaya Teripang di Kesunyian Lapepahe (bagian. 2)

Pada mulanya

Apa dan Bagaimana Teripang ?

Sudah 2 tulisan tentang budidaya teripang di posting,  mungkin masih banyak yang bertanya, apa sih teripang ? Bagaimana cara mengkonsumsinya ?  Apa faedahnya bagi tubuh…?

Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinya. Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya: teripang putih (Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang pandan (Theenota ananas), teripang dongnga (Stichopu ssp) dan beberapa jenis teripang lainnya.

Teripang adalah istilah yang diberikan untuk hewan invertebrata timun laut (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat. Di dalam jurnal-jurnal internasional, istilah trepang atau beche-de-mer tidak pernah dipakai dalam topik-topik keanegaragaman, biologi, ekologi maupun taksonomi. Dalam subyek-subyek ini, terminologi yang dipakai untuk menggambarkan kelompok hewan ini adalah sea cucumbers atau holothurians (disebut holothurians karena hewan ini dimasukkan dalam kelas Holothuroidea). Kelompok timun laut yang ada di dunia ini lebih dari 1200 jenis.





Di perairan Indonesia terdapat banyak jenis teripang. Namun demikian, yang memiliki nilai ekonomi tinggi hanyalah beberapa jenis saja. yaitu teripang pasir (Holothuria scabra), teripang perut hitam (H. atra), teripang susuan (H. nobilis), teripang perut merah (H. edulis), dan teripang nanas (Thelenota ananas). Teripang merupakan lauk yang lezat dan disukai masyarakat Cina dan bernilai jual tinggi di pasaran.

Bentuk badan teripang memanjang mirip mentimun. Oleh karena itu, hewan ini biasa disebut mentimun laut atau sea cucumber. Mulut dan anus terdapat di kedua ujung badannya. Bagian punggun-nya berwarna abu-abu dengan pita putih atau kekuningan memanjang secara horizontal.


Teripang pasir dapat tumbuh sampai ukuran 40 cm dengan bobot 1,5 kg. Kematangan gonad hewan air berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada ukuran rata-rata 220 mm. Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur.
Daur hidup hewan ini dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.

Manfaat Teripang


Teripang/Sea Cucumber & Gold Jelly akan grow factor sehingga dapat memperbaiki sel-sel rusak. kandungan protein hingga 82% dan asam lemak essensial mujarab memperkuat sel hati untuk mengeluarkan antibiotik. Karena itu juga teripang/gamat kerap disebut Imunomodulator. Lantaran kandungan kologen yang tinggi, teripang atau Sea Cucumber & Gold Jelly ampuh melakukan regenerasi sel secara singkat. Penyakit degeneratif yaitu penyakit yang ditandai dengan penurunan fungsi organ yang diakibatkan adanya kerusakan sel-sel jaringan yang luas, dengan kemampuan yang dimiliki teripang/gamat untuk memacu regenerasi sel yang tinggi maka teripang/Cucumber Jelly dapat berfungsi mencegah dan membantu mempercepat penyembuhan berbagai macam penyakit. Penelitian mengungkapkan, teripang/Sea Cucumber Jelly pada konsentrasi 50 mikrogram menggumpalkan dan menghadang sel kanker . oleh sebab itu pengidap kanker banyak yang berharap pada teripang/Sea Cucumber Jelly. selain itu, kandungan protein tinggi pada teripang/Cucumber Jelly yang mencapai 82%, baik diberikan pada penderita diabetes. Protein tinggi berperan meregenerasi sel beta pankreas yang memproduksi insulin GoldCucumber. Hasilnya Produksi insulin meningkat.

Banyak sekali manfaat teripang/Gold Cucumber dalam menyembuhkan berbagai penyakit degeneratif seperti : Stroke, Jantung Koroner, Kencing Manis & Luka Gangren, Kanker (Tumor), Gagal Ginjal, Chirosis Hepatis, Asam Urat, Rhematik, Wasir, Esteoporosis (Pengeroposan Tulang), Alergi Saluran Pernafasan (Bersin, Filek, Sinusitis, Asma), Alergi Kulit (Aksim, Gatal, Darah Tinggi, Darah Rendah, Kolesterol, Penyempitan Pembuluh Darah, Penurunan Fungsi Liver, Rambut Rontok, Pembesaran Prostat dan masih banyak lagi manfaat dari teripang ini.***
(dikutip dari tulisan Siti Rohani, Mahasiswi Prodi Pertanian. Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi – FPPB. Universitas Negeri Bangka Belitung)




Persiapan awal

Usai  ngisi perut dengan menu yang luar biasa: sup ubi campur ikan, woku belanga serta segelas kopi hangat, tim pun prepare for highway to Dagho.

Kalo sebelum berangkat kita di jamu makan pagi yang luar biasa, di perjalanan kita dihadapkan oleh rute yang ngga kalah luar biasanya. Panjang dan belok-belok. Phuuih, mual rasane perut ini.  Di Tamako, tim mampir sejenak untuk mengurangi rasa mual, sekaligus beli tali memperbesar kurung-kurung tempat pemeliharaan teripang, serta cemilan kecil seperti pasir, kerikil,….hehehe,..emangnya ayam makan kerikil.
Tamako dalam bahasa melayu Manado artinya kampak. Tapi anehnya, pendekar kapak sakti  Naga geni 212, si-Wiro Sableng, justru tidak berasal dari daerah tersebut. Kenapa ya koq dinamain kampak…?

Walau sering tersiar kabar kalau masyarakat Tamako bertemperamen keras, nyatanya gambaran tersebut tidak tampak sama sekali. Karena faktanya, sebagian besar mata pecarian masyarakat adalah petani dan nelayan. Bukan pemahat patung, atau pembuat candi (Hehe,..apa hubungannya ya...?)
Tim sampe di Dagho jam 12.00 Wita. Ngobrol dikit, lalu di sambung lagi sama makan.  Wah, makanan kali itu ngga kalah hebat sama di Tahuna. Salah satu menunya kepiting bo..! Hehe,…jadi inget ‘jepitan’ di rumah nih.

Habis makan kuterus mandi,..tidak lupa menggosok gigi,..uupps,..maaf,..maksudnya kami menuju dermaga Dagho. Itu, proyek perikanan yang statusnya sama dengan buah simalakama: hidup segan, mati ngga berani. Ah udah ah,…bukan urusan kite. Di Dermaga, rupanya kami sudah di tunggu perahu yang di nakhodai 2 orang.

“Jemputan dari Lapepahe.” Begitu informasi yang disampaikan salah satu kondektur perahu (hehehe...)

Bukan gampang untuk ngangkut perlengkapan toex  budidaya plus bahan pakan hampir 200 kg ke perahu berkapasitas 6 orang. Ditambah dengan kondisi laut surut, yang bukan cuma mbikin jarak jadi sedikit lebih jauh ke perahu, bebatuan besar yang licin juga siap menanti tapak-tapak kaki yang salah pijak. “Untung udah gosok sunblock”

Belum juga hidung ini usai membaui aroma laut yang khas (ssttt,…please, ngga usah nanya deh soal bagimana aroma laut yang khas,…hehehe..), serta mengamati riak-riak kecil yang ditinggalkan perahu di dermaga Dagho, tiba-tiba dari langit yang emang udah diselimuti awan gelap, jatuh deh butiran-butiran kecil yang membentuk lubang-lubang indah di lautan.




Perahu-pun menyusuri kulit lautan sambil terombang-ambing. Iihhh,..rada geli dikit loh nginget situasi begitu. Cuman,..hehehe…masa bekas pendaki gunung takut.

Suer,…ngga banyak loh orang yang sudi basah-basahan di guyur gerimis,  diombang-ambing di perahu kecil sambil mbawa tai ayam (untuk campuran pakan teripang), ke lokasi yang ‘cukup terisolir’ dari akses jalan. Demi  kesejahteraan masyarakat sebuah kampung kecil.




Pemberian Pakan

Setelah hampir 30 menit nyusurin birunya laut, tim-pun tiba di lokasi. Nurunin semua perlengkapan, trus jalan kaki sekitar 15 menit ke tempat kelompok Budidaya Atohema.(Intermezzo sedikit, ternyata Atohema artinya Pengharapan) Ngobrol sebentar, sambil nunggu anggota kelompok lainnya. 




Ngga lama kemudian, kami balik ke tempat bahan pakan diturunkan.  Mencampur ramuan (pake sekop, bukan pake mixer. Emank bikin black forest….), lalu membaginya dalam 10 karung yang telah diberikan pemberat. Melubangi beberapa bagian karung, dan membawanya ke lokasi pembudidayaan. “Anak-anak,…dady is coming….”












Dengan 2 perahu terpisah, tim meletakan pakan di beberapa titik. Beberapa anggota tim memeriksa keberadaan teripang yang diperkirakan telah mencapai 200’an, dengan nyebur ke laut yang dalemnya setinggi paha orang dewasa.





Usai ngasih makan teripang-teripang di penangkaran, perahu-pun bergerak menjauh. Tiba-tiba saya dikejutkan seorang anggota kelompok yang nyemplung mendadak. Rupanya  ia  nemuian 1 teripang Gamat berukuran besar. Kami-pun balik lagi untuk naro si-teripang ngumpul sama friends-nya.




Waktu mau balik ke rumah anggota kelompok, tim nyempetin diri untuk metik ‘anggur laut’ yang dinamain ‘Lahe’ oleh masyarakat Kep. Sangihe. Tapi metik sambil nyelem. Karena Lahe tudia, adanya di dasar perairan yang dalemnya sekitar 1 meteran. Konon (ssttt,..mbacanya jangan di balik ya,..ntar konotasinya jadi porno…hehehe…), Lahe ini punya beberapa faedah untuk kesehatan tubuh. Salah satunya untuk nurunin Hipertensi sama kadar kolesterol. Cuman belom ada sih pembuktian medisnya.

Lahe ini biasa dikonsumsi sebagai sayuran, dengan campuran bumbu penyedap seperti bawang merah dan beberapa bumbu lain. Enak loh. Sueger.









Diskusi

Setelah sampe di rumah bpk John Bangka (ketua kelompok Atohema), Mr. Trainner dan Mr. Diamanti,  memberikan beberapa arahan guna rencana program ke depan. Pembenihan, panen, pengolahan dan pemasaran.  Joe Palinggi (tolong jangan di tambahin huruf ‘r’ setelah ‘i’.., ntar nenek moyangnya marah), sang Trainner memproyeksikan, pada beberapa bulan ke depan, teripang akan mencapai jumlah 6.000 ekor.
Hampir 20 menit diskusi berlangsung, dan dilanjutkan dengan makan sore. Phuiihh,…perut rasanya ampir pecah.

Pulang

Setelah berjabat tangan, sambil cipika-cipiki (halooo,..khusus yang ini cuma ibu Tika sama ibu-ibu kelompok loh,…hehehe…), kami bersiap pulang. Ketika menyusuri jalan setapak, Joe Palinggi, sang trainner berbisik untuk muter lagu kesayangannya yang ada di Hp saya. Lagunya KLA Project.

Tentang kita
Hari-hari kan berdebu, bersama dirimu, yakin kuhadapi.
Sambil merajut bedua, anyaman benang angan yang kau tawarkan. 
Sekian lama tuk mengerti, dirimu jadi misteri yang kian terselami……..
Sejuta asa yang sempat kutitipkan di dalam sinar matamu.
Pribadi nan sederhana, menjanjikan keteduhan, kasih nan murni.
Ternyata tlah menjadi kebahagiaan hati yang tiada terperi
Mari genggam jemari,.memadu dua hati, saling memiliki…..
Kembali,..kembali lah kini…
Tetap setia,…sampai selama-lamanya………..

Sambil memandangi guratan pelangi yang tertoreh di birunya langit Utara, serta bentangan bukit hijau yang tampak lebih hijau disirami gerimis  panjang, benak saya digelitik oleh sebuah tanya: apa yang membuat orang-orang ini- LSM Kehati (Mr. M. Diamanti), sang trainner (Mr. Joe), Tika, dan beberapa sosok masyarakat- rela melakukan banyak ketidaknyamanan tersebut…? Harapan. Adalah kata yang tepat untuk ditorehkan pada ujung tanya. Sebagaimana arti nama kelompok budidaya teripang tersebut. Atohema.

Saya hanya berdiri termanggu diterpa hembusan angin yang menyeruak, membelai tubuh basah ini, seraya menghisap panjang-panjang kretek yang sebagiannya telah dibasahi gerimis. Untuk sesaat, saya menyapu habis pemandangan elok pada hamparan laut dan populasi bakau yang berbaris memagari tepian laut.

Sesuatu terlintas di benak saya, apa kontribusi semua ini bagi saya…? Membuang waktu berharga hanya untuk mengiringi kisah petualangan dan pemberdayaan di sebuah tempat terpencil bernama Lapepahe. Tertatih-tatih memikul karung berisi kotoran ayam dan dedak, diguyur gerimis panjang di atas perahu kecil yang merayap bagai keong,  lalu memuatnya dalam blog? Ketenaran…? Mmmhh,..haruskah semua yang kita lakukan memberikan keuntungan pribadi..? Tidak, karena terkadang, kebahagiaan tidak datang ketika berusaha mengejarnya untuk diri sendiri, melainkan ketika kita berusaha membagi kebahagiaan itu pada orang lain. Yah, setidaknya hal itu yang bisa saya pelajari dari mereka. Pelajaran tentang sebuah kata yang bertuliskan: Pengharapan. Satu-satunya alasan yang membuat siapapun bertahan hidup.

Perahu yang mengantar kami ke Dagho bergerak lebih lincah dari saat kedatangan. Nun di kejauhan, dari balik belukar bakau yang terhampar, sesayup sayup terdengar kicau burung yang tengah bernyanyi. Menyanyikan kidung selepas hujan. Ritual para burung.

Sebuah tanya kecil menyusup di benak saya,… mungkinkah saya kembali ke sini..? Ah, waktu jua yang akan menjawabnya. Karena,….

(Niat baik tak semudah membalikan telapak tangan. Akan ada banyak tantangan di depan. Tudingan miring, prasangka negativ,  perpecahan, dan banyak lagi. Namun, tak tampak kegelisahan membayang di wajah mereka. Yang ada hanyalah senyuman, yang lahir karena sebuah harapan dan cita-cita. Senyuman di tengah gerimis panjang di kesunyian Lapepahe)

(bersambung pada episode selanjutnya: panen dan pembenihan)

MARI, KITA BERSATU MENOLAK PERANG DAN KEKERASAN DI SELURUH MUKA BUMI

Tuliskanlah sejuta kata tentang kebaikan. Jika anda tak melihat pengaruhnya, bertindaklah….! (robinticoalu.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar